Ancaman di Balik Rasa: Lemak Trans dan Dampak Kesehatannya di Indonesia
Konsumsi asam lemak trans (ALT) yang berlebih erat kaitannya dengan peningkatan risiko serangan jantung dan kematian akibat penyakit jantung koroner. WHO merekomendasikan agar orang dewasa membatasi konsumsi lemak trans di bawah 1% dari total asupan energinya, yaitu kurang dari 2,2 g per hari untuk asupan 2.000 kalori. WHO menyerukan eliminasi lemak trans industrial (ALTi) dan menerbitkan kerangka aksi REPLACE untuk mendukung negara-negara mengeliminasi ALTi dari persediaan makanannya.
Pada tahun 2023, WHO Indonesia mendukung pelaksanaan kajian sumber asam lemak trans pada pangan yang mengukur kandungan lemak trans di makanan-makanan(berbasis lemak/minyak) yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Kajian ini merupakan dukungan bagi Pemerintah Indonesia untuk mengeliminasi lemak trans industrial. Sebanyak 130 produk makanan dari empat kategori telah diuji yaitu kategori makanan yang mengandung lemak dan minyak, margarin dan selai, makanan kemasan serta makanan siap saji.
Dari hasil kajian WHO terdapat temuan; (1) 8,46% sampel memiliki kandungan lemak trans yang tinggi (di atas rekomendasi ambang WHO, yaitu 2 g/100 g lemak total). (2) Kandungan lemak trans yang tinggi ditemukan pada produk-produk yang banyak dikonsumsi seperti biskuit, wafer, bolu, pastri, dan jajanan kaki lima seperti martabak dan roti maryam. (3) Kandungan lemak trans yang tinggi juga ditemukan pada bahan-bahan yang banyak digunakan untuk membuat kue dan roti seperti mentega putih (shortening) serta campuran margarin dan mentega (baik produk impor maupun dalam negeri). (4) 25% sampel makanan panggang memiliki kandungan lemak trans yang tinggi. (5) Kandungan lemak trans tertinggi ditemukan pada campuran margarin dan mentega (produk impor), yaitu 22,68 g ALT, atau 10 kali lebih tinggi dibandingkan rekomendasi ambang WHO.
Dari uraian tersebut, tindak lanjut yang harus diambil oleh Indonesia yakni perlu menetapkan peraturan eliminasi lemak trans industrial dengan membatasi kandungan lemak trans 2% dari kandungan lemak total di segala produk makanan atau melarang produksi, penggunaan, penjualan, dan impor minyak yang terhidrogenasi sebagian (PHO). Tanpa adanya peraturan eliminasi lemak trans, Indonesia menghadapi risiko masuknya produk-produk yang mengandung lemak trans tinggi sehubungan dengan para produsen yang menyasar pasar-pasar yang masih mengizinkan produk tersebut.
Dalam konteks ini, jurnalis memegang peran kunci. Mereka bukan sekadar penyampai berita, tetapi pembentuk opini publik yang mampu mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Jurnalis telah dibekali dengan data akurat, narasi yang kuat, dan pemahaman yang mendalam tentang isu asam lemak trans agar siap saat melakukan peliputan di lapangan.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama Global Health Strategies melihat peluang strategis dalam membangun opini publik. Jurnalis mengikuti serangkaian pelatihan dan proses mentoring yang diberikan oleh ahli seperti WHO, Kemenkes, dan akademisi untuk menghasilkan liputan mendalam yang berkualitas. Melalui pelatihan dan beasiswa, inisiatif ini menargetkan peningkatan kapasitas bagi jurnalis di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Selain itu, karya liputan ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan publik.
Buku kompilasi karya liputan ini banyak menguraikan data dan fakta mengenai gaya hidup yang bergantung pada makanan praktis dan murah. Cerita pedagang gorengan yang mengaku menggunakan margarin curah karena harganya jauh lebih murah, ada juga toko kelontong dan warung pinggir jalan yang menjual produk tanpa label gizi beredar luas, karena kurang terpapar terkait pentingnya produk makanan dengan label gizi. Ketiadaan informasi ini mempersulit konsumen untuk mengambil keputusan sehat, dan dampaknya paling dirasakan oleh kelompok anak-anak kelas menengah ke bawah yang mengandalkan jajanan murah yang tinggi lemak sebagai asupan harian.
Liputan lainnya mengangkat bahaya konsumsi lemak jahat berlebih yang tak hanya mengakibatkan penyakit jantung namun juga berdampak pada aspek ekonomi yang merongrong keuangan rumah tangga pasien secara mikroekonomi hingga perekonomian nasional secara makro. Ada juga liputan yang menyoroti tingginya kasus diabetes pada anak. Tulisan ini mengulas kantin sehat sebagai upaya menekan angka diabetes pada anak. Bagaimana implementasi kantin sehat di sekolah, mengedukasi anak untuk memiliki pola hidup sehat. Seluruh liputan ini dibekali dari hasil penelitian ilmiah dan wawancara dari sejumlah pakar juga para pihak yang terlibat mengenai isu asam lemak trans.
Isu konsumsi asam lemak trans memang sering dibicarakan dari sisi medis atau gaya hidup, tetapi masih minim dari sudut pandang ekonomi makro dan kebijakan fiskal. Dengan pendekatan liputan ini, semoga buku ini dapat memberikan perspektif baru dan berkontribusi pada peningkatan kesadaran publik maupun reformasi kebijakan pangan nasional.
Penulis: Afrin Dwimeyriana, Ahmad Thovan Sugandi, Anggita Raissa Amini, Anza Suseno, Benediktus Krisna Yogatama, Deonisia Arlinta, Emanuel Berkah Caesario, Hoirunnisa, Resty Magdalena Tuter, Yulia Adiningsih
Mentor: Bayu Wardana, Dian Yuliastuti, Uyung Pramudiarja
Penelaah (Global Health Strategies): Ganendra Awang Kristandya, Siva Anggita Maharani, Benny Wijaya Sunggono
Editor Buku: Lusia Febriana Arumingtyas
Penyusun Naskah: Efrial Ruliandi Silalahi, Arie Budi Kusuma Ningrum
Desain Cover dan Tata Letak: Krisna Sahwono
Cetakan Pertama: September 2025
Ukuran Buku: 14,8 x 21 cm (ukuran A5)
- 130 kali dilihat






